Jumat, 21 Desember 2007

Small House Lizard


Lets talk about Small house lizard alias Cicak,

Jadi inget lagu yang sering dinyanyiin anakku yang masih berumur 2 tahun,
Dan kebetulan ini lagu pertama yang dia bisa,
“Cicak cicak di dinding,
Diam-diam merayap
Datang seekor nyamuk,
Hap lalu ditangkap.”

Liriknya sangat sederhana, dan mudah sekali diingat bukan ?
Akan tetapi, ternyata tersimpan sebuah makna yang cukup mendalam.

Sebenarnya aku biasa tidur dengan lampu mati, akan tetapi malam itu, entah kenapa aku jadi asyik memperhatikan sosok seekor cicak di dinding.., jadi kubiarkan lampu menyala sepanjang malam.
Dia diem aja menempel di dinding kamarku.. dan selang beberapa menit Hap.. dia berhasil menangkap seekor nyamuk yang hinggap di dekatnya.
Beberapa kali aku amati, dia berhasil menangkap banyak nyamuk malam itu, walaupun takjarang juga banyak yang gagal ia tangkap.

Aku sejenak merenung dan berpikir
dan mari kita coba pakai nalar kita..
Apakah mungkin cicak yang hanya diam menempel di dinding bisa memangsa seekor nyamuk yang terbang kesana kemari dengan gesitnya.
Mungkin hanya nyamuk yang “putus asa” aja atau nyamuk yang ingin bunuh diri saja yang terbang mendekati nyamuk untuk dimakannya.
Tapi apakah juga pernah kita melihat seekor cicak terus jadi putus asa karena tidak bisa memakan nyamuk ? Padahal malam itu memang banyak juga dia mengalami kegagalan, akan tetapi dia tetap menanti dengan penuh harap dan tidak berputus asa

So What about us ???

Cicak hanyalah makhluk Allah yang lemah dan hampir tak berdaya karena hanya menempel di dinding, dan berbeda jauh sekali dengan kita Manusia yang dibekali berbagai alat indera, kemampuan dan juga akal pikiran.
Akan tetapi kenapa kita yang banyak putus asa terlebih dulu..
Banyak dari kita yang mengambil jalan singkat, seperti misal bunuh diri, karena ngga kuat menghadapi kenyataan hidup, dsb..
Astagfirullah ...

Begitu banyak rejeki dan kesempatan yang Allah berikan kepada kita, tapi terkadang kita lah yang kurang bisa memanfaatkan dan mensyukuri apa yang telah kita dapatkan.
Dan juga perlu kita ingat, bahwa Allah bersabda, Dia menciptakan kita dengan sudah dibekali tiga perkara, yaitu hidup-mati, rejeki dan juga jodoh..
Jadi janganlah kita cemas, karena tidak mungkin Allah menciptakan kita untuk kemudian membiarkan hambanya tidak berkecukupan.., akan tetapi tinggal lah kita yang seharusnya ber-pandai2 dalam meraih ridho dan rejeki dari Allah swt.


Wassalam

Belajar Bersyukur


Saya ingin berbagi sebuah kisah nyata dalam hidup saya berikut ini, yang mana lebih menyadarkan saya akan betapa indahnya hidup ini dan betapa besar rahmat dan karunia yang telah diberikan oleh Allah swt kepada kita, yang harus kita syukuri..., tapi terkadang kita sering kali melupakannya
Betapa allah telah merencanakan hidup hambanya dengan Indahnya dan terkadang kita malah kita berusaha untuk menghindarinya

Setelah lulus SMA tahun 1997, saya ingin melanjutkan kuliah di Bandung, karena kebetulan pacar saya waktu SMA adalah seorang cewek manis, mojang periangan Bandung (Neng gelis euuyy..)
Selain itu juga jaman saya waktu itu (dan mungkin juga masih saat ini) kalau ITB bandung adalah Univ. terfavorit yang ada, didukung lagi dengan situasi dan cuaca bandung yang sejuk dan bersahabat, menambah bulat tekad saya untuk bisa tinggal di bandung.
Oleh karenanya saya begitu bersemangat dalam belajar, berdoa, berpuasa sampai solat tengah malam, dan tirakat2 lainnya untuk memohon kepada Allah agar memberikan sesuai dengan apa yang saya inginkan.
Selesai lulus SMA saya dan teman2 saya satu sekolahan, beramai2 pergi ke bandung untuk bimbingan tes selama satu bulan.
Kami mengontrak satu rumah, dan disana kami bersaing dan tak henti2nya tirakat, belajar, berdoa, belajar, berdoa, dan terus.. Sampai lah akhirnya masa UMPTN datang.
Dan ternyata diluar perkiraan kami semua, tidak ada satupun dari kami yang lulus diterima di ITB, (parahnya lagi UMPTN pun ngga masuk..) malah justru ada salah seorang teman yang dia datang telat, dan dia hanya menumpang dirumah kontrakkan kami di bandung, dan tidak ikut bimbingan tes pula, tapi dia malah diterima dan di fakultas yang terbaik juga, Teknik Sipil (waktu itu passing grade tertinggi punya Teknik Sipil, dan juga merupakan favorit saya..)

Saat itu hampir semalaman, aku merenung, aku menangis, kenapa ya Allah ?? kenapa Engkau tidak ijinkan hambu-Mu ini lulus dan berhasil di UMPTN ini, masih kurang kah usaha dan tirakat yang selama ini aku lakukan,
sampai2 aku juga ber Su’udzan / berburuk sangka, Allah kenapa engkau begitu Tidak Adil (astagfirullah, ampuni aku ya Allah). “Kenapa temanku yang biasa2 saja tirakatnya diterima, sedangkan aku (yang menurutku sudah luar biasa) malah gagal..”
Ya Allah...

Akhirnya aku usap air mataku, aku mencoba untuk bangkit, dan mencoba mengambil hikmah..., mencoba untuk berpikir dewasa, mungkin ini masih belum jalanku.., dan
Akupun tidak mau berkeluh kesah lagi, aku coba berusaha di tempat lain (pokoknya aku usaha supaya bisa di kuliah dan tinggal di bandung, karena sudah terlanjur cocok sih.., hi..hi..)
Aku coba daftar STT TELKOM, dan akhirnya pun masih gagal,
UMPTN gagal , STT TELKOM gagal, pupus sudah harapanku kuliah di Bandung..
Akhirnya aku lari ke Jakarta, disana ada yang namanya PATIGAT (Politeknik Gajah Tunggal) di Tangerang. Memang agak melenceng dari tujuan semula (pingin hidup di bandung) akan tetapi sekolah ini menawarkan uang saku dan juga ikatan dinas setelah lulus kuliah. Jadi ortu nantinya jg ngga bingung2 membiayai dan nyari kerjaan..
Sori.., oke aku ngaku, honestly bukan itu tujuanku semula, aku hanya ingin gengsi, bahwa aku bisa diterima di sekolah yang favorit, jd ngga malu dengan teman2 yang lain.
Dan ternyata, bisa ditebak, “aku gagal lagi maaakkk...”
Padahal usahaku juga ngga kalah hebatnya lagi, aku nge-kos di rumah salah seorang saudara di Jakarta barat padahal lokasi di Jakarta timur – Tangerang dan waktu itu, harus 3 jam perjalanan kalau mau tes.. dan pernah ada kejadian lucu, aku sampai nyasar ngga tahu di Jakarta daerah mana, karena waktu itu saking capeknya habis tes, jd ketiduran di bis, terus dibangunkan ama kondektur, “mas, pull terakhir nih..”
“Astagfirullah, nyampe mana nih gue “ (=bahasa Jakarta nih dikit)
Wuih pokoknya seru, tapi ya.., Alhamdulillah, masih ditunjukkan jalan pulang, yaahh.. walaupun masih belum juga diijinin Allah untuk diterima bersekolah disana
Habis itu tak putus arang, aku kembali mengejar univ. negeri, di POLTEK UNDIP semarang.
Wis mbuh, melenceng jauuuhh sekali dari tujuan semula, pokoke tekadku satu, diterima di negeri, supaya ongkos/biaya sekolah ngga terlalu mahal,
ehh salah lagi, ok deh...demi gengsi..
Dan bisa ditebak lagi... GAGAL maning..gagal maning...

Ngga terhitung berapa banyak biaya yang aku keluarkan dalam rangka mencari sekolah ini..
Mulai dari bimbingan tes, biaya kos2an, belum lagi biaya makan dan transpor..
Ya Allah...

Sampai akhirnya saya kembali lagi ke kampung halaman di PATI – JATENG,
Waktu pendaftaran negeri sudah habis, tinggal yang swasta2..
Sampai akhirnya dapat brosur ITN Malang dari salah seorang teman yang mengajak kuliah disana.
Akhirnya dengan persetujuan ortu, aku berangkat ke Malang dan Alhamdulillah diterima, sedangkan teman saya yang mengajak tadi, malah diterima di STPDN Bandung.

Sudah lah ngga perlu iri (dalam hatiku berkata), memang mungkin rezekinya dia
Hiiks hiiks

Tapi ternyata, Allah memang sudah mempunya rencana yang lebih baik untukku
Dan Alhamdulillah robbil‘alamin akhirnya aku mendapatkan rejeki yang luar biasa nikmatnya ketika bersekolah di Malang
“Alhamdulillah aku bisa lulus 5 tahun pas dengan nilai yang cukup memuaskan
Alhamdulillah aku bisa mendapatkan pacar yang cantik dan sekarang jadi istri dan ibu dari seorang anak perempuanku
Alhamdulillah sampai sekarang aku bisa dapat pekerjaan dan hidup dengan cukup
Dan masih banyak lagi Alhamdulillah lainnya yang sudah takterhitung jumlahnya “

Inilah mukjizat Allah , hanya Dia-lah yang tahu apa yang terbaik bagi umatnya
Dia mungkin sudah menentukan aku harus kuliah di Malang, karena inilah yang terbaik buat kamu Hari,
Bahkan suatu saat aku denger kabar kalau temenku ITB yang teknik sipil itu putus kuliah
(kurang jelas juga penyebabnya apa, gosip yang tersebar sih ngga kuat akan tugas2 dan kurang bisa mengikuti kuliahnya), astagfirullah...

Tanpa terasa air mata menitik saat itu, tersadar akan semua itu..
Ya allah, apa jadinya seandainya aku jadi kuliah di bandung
bisa-bisa nantinya malah senasib dengan temanku tadi putus kuliah, dan lagi juga mungkin malah jarang kuliah, mungkin malah pacaran terus, mungkin malah banyak berbuat dosa, dan mungkin kejadian buruk yang lainnya.
Finally I reallized, “Terima kasih ya Allah”

Cenderung kita terkadang memaksakan kehendak kita kepada Allah, dan parahnya lagi terkadang kita merasa bahwa diri kita itu pantas mendapatkannya, karena usaha2 yang telah kita lakukan.., tanpa kita menyadari, bahwa sudah begitu banyak rahmat dan karunia yang Dia berikan kepada kita.
Terkadang kita hanya menuntut, menuntut dan menuntut, tanpa kita sadari begitu besar nikmat yang telah diberikan oleh-Nya.

Ya allah terima kasih atas kesempatan yang telah engkau berikan kepadaku sampai saat ini,
Saya tutup tulisan saya ini dengan surat Al fatihah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Yang menguasai di Hari Pembalasan
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus,
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ
Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan mereka yang dimurkai dan bukan mereka yang sesat

Amien...

Jumat, 14 Desember 2007

BELAJAR MENCINTAI





Belajar Mencintai

Leo F. Buscaglia, begitu namanya. Seorang professor pendidikan di University of Southren California, di Amerika. Ia seorang dengan seabreg kegiatan sosial dan ceramah-ceramah tentang pendidikan. Satu tema yang terus menerus dibawanya dalam banyak ceramah, adalah tentang cinta.

"Manusia tidak jatuh 'ke dalam' cinta, dan tidak juga keluar 'dari cinta'. Tapi manusia tumbuh dan besar dalam, cinta," begitu katanya dalam sebuah ceramah.

Cinta, di banyak waktu dan peristiwa orang selalu berbeda mengartikannya. Tak ada yang salah, tapi tak ada juga yang benar sempurna penafsirannya. Karena cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang mengisi ruang kosong.

Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih rendah. Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama tentang cinta.

Bahwa cinta, akan membawa sesuatu menjadi lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna. Mengajarkan pada kita betapa, besar kekuatan yang dihasilkannya.

Cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah, paling tidak bisa kita nikmati dengan cinta. Cinta mengajarkan pada kita, bagaimana caranya harus berlaku jujur dan berkorban, berjuang dan menerima, memberi dan mempertahankan.

Bandung Bondowoso tak tanggung-tanggung membangunkan seluruh jin dari tidurnya dan menegakkan seribu candi untuk Lorojonggrang seorang. Sakuriang tak kalah dahsyatnya, diukirnya tanah menjadi sebuah telaga dengan perahu yang megah dalam semalam demi Dayang Sumbi terkasih yang ternyata ibu sendiri. Tajmahal yang indah di India, di setiap jengkal marmer bangunannya terpahat nama kekasih buah hati sang raja juga terbangun karena cinta. Bisa jadi, semua kisah besar dunia, berawal dari cinta.

Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudera kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang merajut hamparan permadani kasih sayang.

Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan kehidupan yang lebih baik.

Dan Islam tidak saja mengagungkan cinta tapi memberikan contoh kongkrit dalam kehidupan. Lewat kehidupan manusia mulia, Rasulullah tercinta. Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya.

Pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku." Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu.

Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa.

Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,

"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membukan mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut dating menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata jibril. Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telingan ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii..." Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu.

Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?
Kindness in words creates confidence
Kindness in thinking creates profoundness
Kindness in giving creates love