Rabu, 23 April 2008

Pendidikan di Indonesia


Sebenarnya kalau kita melihat dunia pendidikan di negara kita ini, sudah cukup bagus dan maju, terbukti dengan banyaknya sekolah yang bagus-2, mulai dari Playgroup, TK, SD, bahkan sampai ke jenjang Perkuliahan. Akan tetapi apakah semuanya itu sudah tepat guna.
Disini saya mencoba membahas hal tsb , dan hal ini saya sesuaikan juga dengan beberapa pengalaman pribadi dan juga cerita dari beberapa teman.
Poin yang ingin saya angkat disini adalah sebenarnya apakah dengan fasilitas dari dunia pendidikan yang kita miliki apakah sudah membentuk manusia-2 yang tepat guna dalam dunia kerjanya.
Sebelumnya saya ingin menceritakan diri saya pribadi dulu, saya adalah seorang lulusan sebuah institut swasta yang lumayan bagus (pada waktu angkatan saya).
Kenapa saya bilang lumayan bagus, karena diliat dari peminat yang banyak dan juga mungkin fasilitas yang dimiliki oleh kampus tersebut.
Dan singkat cerita saya mengambil jurusan Teknik Sipil, sebenarnya waktu itu pemahaman saya terhadap dunia perkuliahan masih minim, jadi saya hanya melihat jurusan apa yang paling favorit dan juga kebetulan kakak saya juga mengambil jurusan yang sama, jadi saya ngikut saja.
Dan alhamdulillah, akhirnya saya bisa lulus dengan 5 tahun tepat, dan dengan nilai yang cukup memuaskan. Setelah selesai kuliah ini pun, dengan semangat 45 mulai hunting dan langganan koran sabtu dan Minggu untuk hunting pekerjaan.
Dulu selesai kuliah saya sempat menjadi orang yang sangat idealis, dalam artian, karena saya teknik sipil jadi saya hanya ingin dan hanya akan melamar dan mau bekerja dunia per-teknik sipil-an yang mana sesuai dengan background pendidikan saya.
Mulai dari kontraktor di daerah Surabaya (Pakuwon) yang paling bonafit sampai yang perusahaan atau CV-2 kelas2 bawah, karena memang pikir saya waktu itu, saya pingin cari pengalaman dulu untuk ke depannya.
Sebulan, dua bulan, belum juga ada panggilan, akhirnya saya merasa tidak enak juga dengan orang tua (masak menganggur terus) wong sarjana kok menganggur. Tidak enak juga sama tetangga-2, karena dulu ortu begitu bangganya dulu waktu saya diwisuda, akan tetapi sekarang kenyataan seperti ini.
Akhirnya saya berubah 180 derajat, saya rubah paradigma saya, bahwasanya, kerja mungkin tidak harus mesti di bidangnya, karena siapa tahu memang di bidang lain saya juga mampu.
Walhasil, saya mulai gencar lagi dalam melamar pekerjaan, mulai dari sales, operator, sampai level manager pun saya coba. Dan akhirnya alhamdulillah, saya dipanggil dan diterima kerja di PT. Adira Finance sebagai credit marketing officer (itu bahasa kerennya, aslinya tidak jauh beda juga dengan sales). Ini adalah panggilan kerja saya pertama kali dan juga pengalaman saya bekerja pertama kali juga.
Waktu itu sempat lucu juga waktu interview ditanya, "Anda lulusan teknik sipil, tapi kok melamar kerja di sini mas, apa tidak salah jurusan?"
Hi..hi.., kalau ingat waktu itu si pingin tertawa sendiri. Memang di hati saya mengakui juga bahwa teknik sipil kok kerja jadi ginian, tapi apa mau di kata demi urusan perut juga, akhirnya segala daya upaya saya jawab semua interview yang ada. Saya berusaha mencari konektivitas atau hubungan antara pekerjaan yang aku lamar dengan background pendidikanku ini. Akhirnya saya jawab, "ya kan bisa berguna bu, seperti misal ada orang kredit dengan jaminan rumah atau bangunan dsb, nanti saya bisa menaksir kira2 berapa limit yang bisa diberikan, dsb..dsb.., wis pokoke "nggejes" terus..
Dan akhirnya mulailah saya menekuni dunia kerja yang notabene jauh sekali dari background pendidikan saya. Selang 6 bulan saya mulai merasa tidak nyaman, dan mulai saat itu saya juga udah mulai hunting pekerjaan yang lain.
Mulai melirik lagi dunia Teknik sipil, sepert misal daftar di CV-2 dan juga kontraktor, demi untuk menindak lanjuti apa yang sudah saya pelajari selama 5 tahun.
Akan tetapi mungkin belum rezeki untuk kerja sebagai kontraktor, malahan saya dapat banyak panggilan yang masih saja ngga nyambung lagi dengan background pendidikan saya. Seperti misal pernah dipanggil di perbankan, mulai dari BNI, terus BII (waktu itu untuk posisi Credit Officer), MANDIRI (sebagai teller), dan juga di beberapa pabrik manufaturing industri. Akhirnya saya diterima bekerja di sebuah pabrik Wiring Harness (orang2 menyebutnya pabrik kabel, karena dia produksi beberapa kabel untuk mobil, terutama mobil Nisan dan Toyota, dan di eksport ke Jepang) dan disana saya dipercaya sebagai PPIC (Production Planning and Inventor Control) Supervisor.
Memang ini masih AGAK nyambung sih, karena di PPIC ini kan sebagai perencana atau planning, sedangkan aku dulu di Sipil juga sebagai diajari sebagai perencana / pengawas proyek bangunan, cuman beda produk saja. Tapi ya sebenarnya memang "definitely" berbeda. Dan seterusnya sampai sekarang saya juga masih bekerja di sebuah pabrik dan sebagai production planner juga.
Sebenarnya banyak dari teman-teman saya juga cerita, seperti misal, ada teman saya kuliah di IPB (Institut Pertanian Bogor) dia jurusan Kehutanan, tapi akhirnya lulus kuliah juga kerja di bidang Perbankan. (weleh..weleh..). Ada juga teman saya yang jurusan sastra Inggris, sekarang juga jadi manager EXIM, ada lagi teman saya jurusan Farmasi, tapi juga sekarang bekerja di bagian PPIC.
Tapi juga sebenarnya ada beberapa teman saya yang bekerja sesuai dengan bidangnya, seperti misal dia jurusan Teknik Industri, dia juga sekarang bekerja di bagian PPIC. Ada juga yang jurusan Ekonomi manajemen, dia sekarang bekerja sebagai di PNS - DIPENDA (Dinas Pendapatan Daerah), ada juga teman saya jurusan sastra Inggris juga dia bisa bekerja sebagai dosen bahasa Inggris juga. dsb..
Sering kali timbul pertanyaan juga di dalam hati, sebenarnya ini yang salah yang di mana nya. Karena terus terang, saat ini andaikata saya diberi kesempatan untuk terjun di dunia Teknik Sipil lagi, saya belum tentu bisa, karena sudah hampir 7 tahunan saya bekerja di dunia yang jauh dengan Teknik sipil ini, dan tentu saja, ilmu yang saya dapat, karena sudah lama tidak dipelajari ataupun dipraktekkan sedikit banyak sudah terlupakan.
Kalau saya pribadi mungkin menilai bahwa penyebab semua ini adalah kesempatan atau lapangan pekerjaan yang kurang memadai dengan jumlah tenaga kerja yang ada.
Dan lagi, tenaga-2 ahli yang masih minim di bidangnya, dikarenakan spesifikasi pendidikan yang mengarah ke tujuan tersebut sangat minim dan kurang berkualitas.
Satu hal lagi yang penting mungkin dari pengalaman saya pribadi, dikarenakan kurang pengetahuannya si anak sebelum dia terjun di dalam dunia pendidikan khususnya untuk jenjang yang lebih tinggi dan spesifik. Seperti halnya apa yang saya ceritakan tadi di awal, bahwa saya dulu mungkin masih bingung juga dalam menentukan jurusan apa yang akan kita ambil. Padahal seharusnya saya bisa memanfaatkan hal ini baik-baik, karena tidak semua orang bisa mendapat kesempatan sampai ke jenjang perkuliahan.
Akan tetapi setelah mengalami dunia perkuliahan, kalau menurut saya pribadi, dunia perkuliahan tidak lah cukup untuk seseorang bisa terjun langsung ke dalam dunia kerja, karena di sini kalau saya melihat dan sesuai dengan pengalaman saya, masih terlalu global dan terlalu banyak teori2.
Malahan menurut saya pribadi lagi, mending kita ngambil D3 (yang mana mungkin lebih banyak prakteknya) dan sekiranya masih ada dana dan pingin melanjutkan sekolah bisa transfer ke S1 atau setidaknya walaupun S1 tapi juga harus membekali diri lagi dengan kursus ataupun banyak ikut job training atau kerja praktek selagi ada kesempatan.
Yang terakhir, menurut saya, orangtua juga harus jeli melihat di mana minat dan bakat anaknya, dan kemudian ikut membantu mengarah dan mendukungnya.
Tidak sedikit orang tua yang ikut memaksakan kehendaknya kepada anak, karena dinilai inilah yang terbaik buat anaknya, padahal belum tentu si anak menguasai dan menyenangi hal tersebut.
Mungkin inilah yang akan saya cam kan untuk terutama diri saya pribadi dalam membimbing anak saya kelak.
Insya allah
amin
WASSALAM